Thursday 27 November 2008

KUMPULAN JUDUL KTI KEBIDANAN

  1. PENGETAHUAN SISWA KELAS II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 NATAR MENGENAI BAHAYA ROKOK TAHUN 2006
  2. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS METRO TAHUN 2006
  3. PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT USIA 15 – 39 TAHUN MENGENAI MITOS, DISKRIMINASI DAN STIGMASI TERHADAP HIV/ AIDS DI LINGKUNGAN V WILAYAH 15 B TIMUR KELURAHAN IMOPURO METRO TAHUN 2006
  4. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG ABORSI PADA SISWI KELAS II SMA KARTIKATAMA METRO TAHUN 2006
  5. PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN MENSTRUASI DAN PENATALAKSANAANNYA PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI MADRASAH ALIYAH NEGERI I METRO TAHUN 2006
  6. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI KECAMATAN METRO UTARA
  7. GAMBARAN IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI KECAMATAN METRO UTARA TAHUN 2006
  8. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIS PALSU DI BPS MARTHA KOTA GAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN 2006
  9. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI KECAMATAN METRO UTARA TAHUN 2006
  10. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA WANITA KELAS II TENTANG DIET SEIMBANG DI MAN 2 METRO
  11. GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI PUSKESMAS PEKALONGAN KECAMATAN PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  12. PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA III OLEH BIDAN DI PUSKESMAS WAY URANG KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
  13. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA TENTANG PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A DI PUSKESMAS METRO TAHUN 2006
  14. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMA TELADAN METRO TAHUN 2006
  15. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK KEHAMILAN REMAJA DI SMA KARTIKATAMA METRO TAHUN 2006
  16. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS SEKUNDER PADA MASA PUBERTAS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 METRO TAHUN 2006
  17. DETERMINAN TIDAK DILAKUKANNYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) OLEH REMAJA PUTRI KELAS II DI MAN 2 METRO TAHUN 2006
  18. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TEHNIK MENGEJAN YANG BENAR SAAT PERSALINAN DI BPS SUKATMI PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  19. KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN BALITA BERAT BADAN DI BAWAH GARIS MERAH (BGM) DI DESA MUARA GADING MAS KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  20. TINJAUAN PENATALAKSANAAN GIZI BURUK PADA BALITA OLEH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS SUKARAJA NUBAN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  21. PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN DI DESA MUARA GADING MAS KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  22. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENSTRUASI PADA SISWI KELAS II SMP NEGERI 3 METRO
  23. PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B1 SEGERA SETELAH LAHIR DI RUMAH BERSALIN DO'A IBU PURBOLINGGO PERIODE FEBRUARI – APRIL TAHUN 2006.
  24. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI ANAK PERTAMA TENTANG ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS METRO
  25. KARAKTERISTIK SUAMI DENGAN IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS METRO KECAMATAN METRO PUSAT KOTA METRO TAHUN 2006
  26. ALASAN IBU MELAKUKAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI POSYANDU BINTANG SEMBILAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PALAPA TANJUNG KARANG PUSAT
  27. GAMBARAN TEKNIK MENYUSUI MINGGU PERTAMA PADA IBU PRIMIPARA DI BIDAN PRAKTEK SWASTA A GANJAR AGUNG KECAMATAN METRO BARAT TAHUN 2006
  28. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS SUWARNI SUKARAJA NUBAN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006
  29. PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SEJAHTERA V WILAYAH KERJA PUSKESMAS IRING MULYO KELURAHAN IRINGMULYO METRO TIMUR
  30. GAMBARAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU DESA MUARA GADING MASWILAYAH KERJA PUSKESMAS LABUHAN MARINGGAI TAHUN 2006
  31. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL TIDAK MELAKUKAN SENAM HAMIL DI BPS CH. SUDILAH KECAMATAN METRO BARAT KOTA METRO TAHUN 2006
  32. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN FISIOLOGIS DAN KEPUTIHAN PATOLOGIS DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 METRO TAHUN 2006
  33. DETERMINAN IBU HAMIL TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID ( TT ) LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YOSOMULYO KECAMATAN METRO PUSAT
  34. KETERAMPILAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWI TINGKAT II PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO DI LAHAN PRAKTEK TAHUN 2006
  35. PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) JUNAIRAH KALIANDA LAMPUNG SELATAN TAHUN 2006
  36. PENGETAHUAN IBU MENGENAI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI PUSKESMAS IRING MULYO METRO TIMUR
  37. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PRAMENOPAUSE TENTANG OSTEOPOROSIS DI DESA TAMAN BOGO KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2006

KUMPULAN JUDUL KTI AKBID

UNTUK MELIHAT JUDUL JUDUL KTI AKBID SILAHKAN KLIK ---->>> DISINI

KTI KEBIDANAN

Bagi anda yang berminat untuk membeli kumpulan tugas tugas kebidanan dari awal sampai akhir(mulai halaman sampul,judul,bab I sampai terakhir/komplit/lengkap) silahkan kirimkan permohonan ke alamat email : prisca_bella@yahoo.com

Saturday 8 November 2008

POSISI BERHUBUNGAN BADAN YANG BENAR

GAMBAR VAGINA ORANG DEWASA

GAMBAR LIANG VAGINA DARI DEKAT

GAMBAR SALURAN AIR KENCING PADA WANITA

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Secara umum AKDR dianjurkan sebagai pilihan pertama pada ibu yang menyusui dan ingin alat KB yang temporer sifatnya.

Disamping karena sekali pemasangan dan efektifitasnya tinggi serta keluhan pemakai yang relatif ringan, maka AKDR tidak mempunyai pengaruh terhadap laktasi dan bayinya. AKDR yang lazim dipakai sekarang adalah AKDR yang mengandung tembaga (copper T, copper 7, MlCu) serta AKDR yang mengandung progestin (progestasert) yang tidak berpengaruh terhadap produksi dan komposisi ASI. Progestin yang terkandung dalam IUD akan dilepaskan dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga hanya mempunyai efek lokal saja. Pemasangan AKDR bisa secara dini, segera setelah melahirkan atau pada kontrol berikutnya pada saat involusi terjadi.

Pada umumnya pemasangan AKDR harus sudah diberikan dalam waktu 1 bulan 7 hari pasca persalinan sepanjang tidak ada kontraindikasi pada saat pemasangannya (Soetjiningsih, 1997).

Menurut Hartanto (2003) yang penting pada pemakaian IUD postparutm adalah penempatan IUD setinggi mungkin dalam fundus uteri sehingga mengurangi kemungkinan ekspulsi.

KONTRASEPSI

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Winkjosastro, 2002). Menurut Mochtar (1998) kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan. Kontrasepsi didefinisikan sebagai tindakan atau usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan (Notodihardjo, 2006).
Kontrasepsi juga diartikan sebagai cara mencegah kehamilan (dengan menggunakan alat atau obat mencegah kehamilan seperti: spiral, kondom, pil anti hamil) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
Berdasarkan teori Mochtar (1998) kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
  2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
  3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
  4. Tidak menggangu hubungan persetubuhan.
  5. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.
  6. Cara penggunaannya sederhana.
  7. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
  8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri. 

IBU MENYUSUI / ASI

IBU MENYUSUI 

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Sedangkan menurut Purwodarminta (1984) Ibu adalah wanita yang sudah bersuami.

Menyusui adalah memberikan air susu kepada bayinya untuk diminum, yang berasal dari payudaranya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Sedangkan menurut Winkjosastro (2002) menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.

Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Winkjosastro, 2002). Menurut Mochtar (1998) kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan. Kontrasepsi didefinisikan sebagai tindakan atau usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan (Notodihardjo, 2006).

Kontrasepsi juga diartikan sebagai cara mencegah kehamilan (dengan menggunakan alat atau obat mencegah kehamilan seperti: spiral, kondom, pil anti hamil) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Berdasarkan teori Mochtar (1998) kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
  2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
  3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
  4. Tidak menggangu hubungan persetubuhan.
  5. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya. 
  6. Cara penggunaannya sederhana. 
  7. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
  8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri. 

KASUS KASUS YANG DIDETEKSI OLEH PARTOGRAF

Kasus Kasus yang dapat dideteksi dengan partograf antara lain:

  • Persalinan palsu/ belum in partu (False labor)
  • Faten laten memanjang ( Prolonged latent phase)
  • Fase aktif memanjang
  • Disproporsi sefalopelvik
  • Obstruksi (Partus macet)
  • His tidak adekuat (Inersia uteri)
  • Kala II memanjang (Prolonged expulsive phase)

Kerugian Partograf

Kemungkinan terlalu cepat melakukan rujukan, yang sebenarnya dapat diselesaikan di puskesmas atau setempat (Manuaba, 1998).

Partograf diharapkan dapat menyelesaikan pertolongan persalinan pada garis waspada dengan jalan:

  • Rujukan semakin baik sehinggga tidak merugikan penderita.
  • Pertolongan medis dapat dilakukan dengan lebih sempurna sehingga angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan.
  • Mendapatkan tindakan medis sesuai dengan keadaan dan di tangan yang tepat.
  • Secara nasional partograf diharapkan membantu menurunkan angka kematian maternal dan perinatal sebagai cermin kemampuan memberikan pelayanan dan pengayoman medis yang menyeluruh dan lebih bermutu.

Kontra Indikasi Partograf

Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:

  1. Riwayat bedah sesar
  2. Perdarahan pervaginam
  3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang 37 minggu)
  4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
  5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
  6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu)
  7. Ikterus
  8. Anemia berat
  9. Tanda/gejala infeksi Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
  10. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
  11. Gawat janin
  12. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala masih 5/5
  13. Presentasi bukan belakang kepala
  14. Presentasi majemuk
  15. Kehamilan gemeli
  16. Tali pusat menumbung

Syok (Depkes RI, 2004)

PARTOGRAF

Pengertian Partograf
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja, 1993).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Kegunaan Utama dari Partograf adalah:
  1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
  2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.

Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan memonitor proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN AKSEPTOR BARU KB YANG MENGGUNAKAN AKDR
DESAIN PENELITIAN
Desain atau rencana penelitian merupakan suatu strategi untuk mengatur latar belakang (setting) penelitian agar memperoleh data yang dapat sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Rencana penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dimana penelitian hanya untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi rendahnya cakupan akseptor baru KB yang menggunakan AKDR.
Menurut Notoatmodjo (2002 : 138), penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.
POPULASI DAN SAMPEL
Pengertian Populasi
Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama. Menurut Notoatmodjo (2002 : 79) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti sedangkan menurut Arikunto (2002 : 108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.  Adapun yang menjadi populasi adalah seluruh Pasangan Usia Subur yang belum ber KB.
Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Notoatmodjo, 2002 : 79), sedangkan menurut Arikunto (2002 : 109) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam menentukan sampel apabila populasinya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Sedangkan bila populasinya berjumlah lebih dari 100 maka sebaiknya diambil 10% - 15% (Arikunto, 2002 : 112). Populasi dalam penelitian ini adalah 600 orang PUS yang belum ber KB. Sampel yang diambil adalah 10% dari total populasi yaitu 60 orang, untuk memperoleh sampel yang diingikan maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara acak sederhana (Notoatmodjo, 2002 : 85). Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara undian.

FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA TARGET CAKUPAN PERSALINAN OLEH BIDAN

FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA TARGET CAKUPAN PERSALINAN OLEH BIDAN

Faktor Ekonomi

Menurut Depdikbud (1993) adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, pendistribusian dan perdagangan). “Ekonomi adalah segala kegiatan yang bisa menghasilkan uang, prinsipnya ekonomi adalah modal yang sekecil-kecilnya menghasilkan untung yang sebesar-besarnya. Sedangkan menurut Depkes (2001) sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi pendapatan penduduk, maka semakin tinggi pula pengeluaran yang dibelanjakan.

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga. Data mengenai pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari survei sosial ekonomi nasional menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga sebagai indikator produksi. Karena dengan semakin tinggi persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran rumah tangga perbulan, menunjukkan semakin rendahnya tingkat ekonomi penduduk (Depkes RI., 2001).

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Lampung tahun 2000 penggolongan tingkat ekonomi dibedakan menjadi : a) rendah (di bawah Rp. 325.000,-/bulan), b) sedang (Rp. 325.000,- s/d 700.000,- / bulan) c) tinggi (lebih Rp. 700.000,-/ bulan).

Keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi, biasanya ingin mendapat pelayanan yang baik dan tempat pelayanan yang bagus sedangkan tingkat ekonomi menengah dan rendah, biasanya mereka tidak memperdulikan tempat, hal-hal penunjang pelayanan lainnya, yang terpenting adalah pelayanan baik (Depkes. 1996).

Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap atau tatalaku atau kelompok orang dalam usaha manusia melalui upaya pengajaran dan proses, perbuatan, cara mendidik (Depdikbud, 1993). Sedangkan menurut Syahlan (1996) pendidikan adalah uapay untuk memberi pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif yang tirus meningkat terhadap kesehatan diri, keluarga dan masyarakat.

Keluarga yang berpendidikan tinggi akan cepat awas terhadap perubahan kesehatan keluarganya. Mereka yang berpendidikan tinggi akan segera mencari bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan. Keluarga yang berpendidikan rendah pada umumnya pasrah bila gangguan kesehatan menimpa anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatan sudah berat (Shaylan, 1996).

Menurut Depkes (1996) rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada wanita menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui tentang perawatan selama hamil, bersalin, perawatan bayi dan semasa nifas. Tingkat pendidikan penduduk baru mencapai rata-rata. Proporsi tamat SLTP, SLTA dan perguruan tinggi menurun drastis terutama untuk wanita.

Pendidikan sangat mempengaruhi sikap ibu dalam memilih kepada siap aia akan meminta pertolongan dalam hal persalinan. Adapun tingkat pendidikan yang akan diteliti disini meliputi SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi.

Faktor sosial budaya

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalaman dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya (Depkes. RI., 1996).

Menurut Depkes (1998) Budaya adalah nilai yang telah dihayati atua diamati oleh seorang atau kelompok masyarakat yang selanjutnya membentuk sikap mental atau pola berpikir yang dapat mewarnai pola tingkah laku atau perilaku dalam berbagai aspek kehidupan.

Keadaan sosial budaya di Indonesia menempatkan peristiwa kehamilan dan melahirkan bukan hanya sebagai urusan pribadi antara ibu dan suami dengan pelayan kesehatan, tetapi juga menjadikan urusan pihak lain seperti keluarga, kerabat bahkan penduduk di wilayah tempat tinggalnya. Melahirkan pada dasarnya sangat ketat dengan norma, adat istiadat setempat yang sangat beragam dan sering tidak menguntungkan dilihat dari segi kesehatan (Intraksi, 2000).

Budaya Indonesia yang menghormati orang tua memberi pengaruh kepada pengambilan keputusan dalam keluarga, kehadiran orang tua di dalam keluarga juga mempengaruhi dalam upaya kesehatan keluarga. Misalnya ibu yang akan melahirkan dapat dipengaruhi oleh orang tua dalam mengambil keputusan apakah lebih baik melahirkan di rumah atau di rumah sakit (Syahla, 1946).

Faktor Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Permenkes RI, No. 900/Menkes/SK/VII/2002). Sedangkan menurut Syahlan (1996) bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa harus berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kebidanan faktor sosial budaya turut mendapat perhatian. Di dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan bersalin agar diupayakan tidak bertentangan dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan dan agama di masyarakat.

Agar seluruh tugas dan fungsi dan agama di masyarakat, seluruh efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat, salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Upaya lain bidan dalam melakukan tugasnya mempromosikan dirinya dengan menampilkan kepribadian yang berlaku di masyarakat. Untuk dapat menampilkan kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku, bidan harus mempelajari sosial budaya, struktur pemerintahan, adat istiadat, kepercayaan dan agama (Depkes. 1996).

Menurut Interaksi (2000) penelitian dari comunity health and nutrition research laboratory faculty of medicine Gajah Mada University di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (1997) mengungkapkan fakta mengapa ibu tidak atau engan meminta pertolongan persalinan kepada bidan sebagai berikut : jarak jauh, sering tidak ditempat, bidan masih muda, alat tidak lengkap, bidan kurang sabar, kurang kemampuan medis, tidak melaksanakan adat dan sering dirujuk. Sedangkan keinginan atau harapan ibu tentang bidan adalah sedia tinggal di masyarakat, bersikap dewasa, tenang, sabar, menghormati tradisi, ongkosnya murah dan mampu melaksanakan uapacara adat.

PERSALINAN

PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1997).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 1999).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir atau dimaan janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2001).

Jenis-jenis Persalinan

  • Persalinan Spontan
  • Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
  • Persalinan buatan
  • Bila persalinan dengan bantuan dar luar
  • Persalinan anjuran
  • Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan dari luar dengan rangsangan dari luar.

Sexual Health: Your Guide to Sexually Transmitted Diseases

Sexual Health: Your Guide to Sexually Transmitted Diseases

Sexually transmitted diseases, commonly called STDs, are diseases that are spread by having sex with someone who has an STD. You can get a sexually transmitted disease from sexual activity that involves the mouth, anus, vagina, or penis.

According to the American Social Health Organization, one out of four teens in the United States becomes infected with an STD each year and by the age of 25, half of all sexually active young adults will get an STD.

STDs are serious illnesses that require treatment. Some STDs, like AIDS, cannot be cured and are deadly. By learning more about STDs, you can find out ways to protect yourself from the following STDs.

  • Genital herpes
  • Human papilloma virus/Genital warts
  • Hepatitis B
  • Chlamydia
  • Syphilis
  • Gonorrhea ("Clap")

What Are the Symptoms of STDs?

  • Sometimes, there are no symptoms. If symptoms are present, they may include one or more of the following:
  • Bumps, sores or warts near the mouth, anus, penis or vagina.
  • Swelling or redness near the penis or vagina.
  • Skin rash.
  • Painful urination.
  • Weight loss, loose stools, night sweats.
  • Aches, pains, fever, and chills.
  • Yellowing of the skin (jaundice).
  • Discharge from the penis or vagina (Vaginal discharge may have an odor.)
  • Bleeding from the vagina other than during a monthly period.
  • Painful sex.
  • Severe itching near the penis or vagina.

How Do I Know If I Have an STD?

Talk to your doctor. He or she can examine you and perform tests to determine if you have a sexually transmitted disease. If you think that you have an STD, it's important to see your doctor. Treatment can:

Cure many STDs.

Lessen the symptoms of STDs.

Make it less likely that you will spread the disease.

Help you to get healthy and stay healthy.

How Are STDs Treated?

Many STDs are treated with antibiotics.

If you are given an antibiotic to treat an STD, it's important that you take all of your medicine, even if the symptoms go away. Also, never take someone else's medicine to treat your illness. By doing so, you may make it more difficult to treat the infection. Likewise, you should not share your medicine with others.

How Can I Protect Myself From STDs?

Here are some basic steps that you can take to protect yourself from STDs:

  • To keep from contracting sexually transmitted:
  • Consider that not having sex or sexual relations is the only sure way to prevent STDs.
  • Use a latex condom every time you have sex. (If you use a lubricant, make sure it is water-based.)
  • Limit your number of sexual partners. The more partners you have, the more likely you are to catch an STD.
  • Practice monogamy. This means having sex with only one person. That person must also have sex with only you to reduce your risk.
  • Choose your sex partners with care. Don't have sex with someone whom you suspect may have an STD.
  • Get checked for STDs. Don't risk giving the infection to someone else.
  • Don't use alcohol or drugs before you have sex. You may be less likely to use a condom if you are drunk or high.
  • Know the signs and symptoms of STDs. Look for them in yourself and your sex partners.
  • Learn about STDs. The more you know about STDs, the better you can protect yourself.

Are You Getting Enough Vitamin D?

Deficient in D?

Vitamin D is the only vitamin that is also a hormone. After Vitamin D is made by the skin or eaten, the kidney and liver help to convert it into an active hormone form. As a hormone, it controls calcium absorption to help the body build strong bones and teeth, and it helps maintain muscle strength. When you are deficient in calcium and vitamin D, your bones break down to supply calcium to the rest of your body. But being deficient in vitamin D can take a toll on more than just your skeleton.

"There have been concerns about vitamin D status in the U.S. because of increasing reports of deficiencies, with an estimated 10 million Americans over age 50 diagnosed with osteoporosis," says Atlanta-based rheumatologist Eduardo Baetti, MD.

"Vitamin D deficiency is associated with low bone mass and osteoporosis because vitamin D is needed to absorb calcium from the diet. Low levels of vitamin D have also been linked with poor muscle strength and other chronic conditions, such as autoimmune disease and some forms of cancer."

The Sunshine Vitamin

D is also the only vitamin that does not need to be consumed in food or supplements because our bodies are efficient at making it when our skin is exposed to direct sunlight (not through a window). But not all sun exposure is the same, and many factors help determine how much we absorb. In general, the further away you are from the equator, the more efficient the vitamin D production, but cloud cover and air pollution can hinder the sun's ultraviolet (UV) rays.

Many people living in the Southern United States can get enough vitamin D by getting about 10-15 minutes of sun exposure on their arms and face a few times a week -- as long as they don't use sunscreen, which blocks some of the UV rays necessary to make the vitamin.